" galau nich ye "
gambar : dari salah seorang teman blogger
Semester 8 alias semester akhir sudah didepan mata. Ketika
semester ini merubah kebiasaan para mahasiswa menjadi agak sedikit rajin dan
mau ke kampus untuk mengurus urusan yang harus diurus seperti kewajiban kursus,
workshop, ujian mandiri, penulisan ilmiah dan segala urusan-urusan lain.
Namun ada yang menarik pada semester akhir ini dimana
kata “skripsi” menjadi kata yang membingungkan dalam pikiran kami. Sebagian
mahasiswa berharap mendapat SK (surat keputusan) dari jurusan untuk
menyelesaikan tugas akhir dengan skripsi. sebagian lagi berharap, tidak
mendapat SK skripsi karena berbagai alasan dan lebih memilih komprehensif atau
kompre. Skripsi atau Kompre menjadi pilihan yang sulit bagi sebagian besar
mahasiswa tingkat akhir.
Menyikapi hal ini saya juga merasa kebingungan (tadinya)
antara mengambil skripsi atau kompre untuk tugas akhir. Tapi akhirnya keputusan
sudah bulat untuk mengambil “Komprehensif” hasil dari beberapa pertimbangan dan
alasan-alasan yang kuat.
Kenapa harus kompre ?
Menurut saya skripsi dan kompre sama saja namun kata
“kompre” saat ini menjadi kata yang agak sedikit memalukan bagi mahasiswa
karena kompre dianggap sebagai jembatan agar mahasiswa tersebut cepat lulus
tanpa usaha yang berarti (skripsi). Kompre juga dianggap hanya untuk mahasiswa
ber IPK rendah. Dan semua itu membuat mahasiswa menjadi ‘gengsi’ sehingga
kurang memahami arti dari kompre dan skripsi tersebut.
Alasan pertama saya tidak mengambil skripsi adalah Saya
tidak mendapatkan SK dari jurusan.
Kedua, Menganggap skripsi dan kompre “sama saja”
dan yang ketiga, menghindari kecenderungan formalitas.
Saya sudah mengalami bagaimana membuat tulisan ilmiah pada saat PI semester
kemarin dan itu sama saja seperti membuat skripsi. Kita dituntut untuk bisa
menghasilkan suatu karya ilmiah yang sistematis dan logis dalam bentuk tulisan.
Yang jadi masalah disini adalah ketika mahasiswa kurang bisa berpikir ilmiah, tidak
sanggup melakukan observasi, dan menuangkan gagasannya secara tertulis, ini
bahaya. Hal ini dapat mengakibatkan skripsi dibuat asal-asalan, pembimbingan
yang tidak serius, hingga timbulnya gejala penjiplakan dan bagaimana bagi
mahasiswa yang tidak terbiasa menulis, tidak terbiasa mengemukakan hasil
karyanya. Sudah pasti kalau terlalu dipaksakan kualitas dari hasil karyanya
atau skripsinya tidak berbobot dan tidak berkualitas.
Perlu kita garis bawahi bahwa tujuan dari skripsi
diantaranya adalah untuk melatih mahasiswa agar dapat menghasilkan sesuatu dan
dapat terbiasa menulis karena skripsi disebut juga karya tulis ilmiah. seharusnya
kemampuan-kemampuan itu bisa diperoleh tanpa harus menulis skripsi. Saya
pribadi selalu menulis dalam bentuk jurnal-jurnal dalam tugas-tugas softskill,
posting tulisan pada studentsite, dan sama seperti temen-temen yang lain. Kalau
sudah memiliki kemampuan seperti itu. Untuk apa capek-capek skripsi ?
Satu hal lagi, pembuatan skripsi cenderung memperlama
masa studi. Seseorang yang tidak terbiasa menulis, akan menghabiskan waktu
sampai dua tahun atau lebih untuk menulis skripsi. Belum lagi hambatan-hambatan
yang bersifat prosedural, kesulitan mahasiswa menemui dosen pembimbingnya dan
ya you know lah.
Tapi terlepas dari itu jangan pula kita meremehkan
kompre. Ujian kompre termasuk ujian yang dikategorikan lumayan hese. Mahasiswa
dituntut untuk bisa menguasai materi dari semester awal sampai akhir dalam
bentuk matakuliah pilihan yang di ujikan.
Menurut saya mahasiswa layak lulus dan disebut sarjana
adalah mahasiswa yang menguasai apa yang telah diajarkan selama dia kuliah dan
dibuktikan pada saat “sidang kompre” karena menurut saya kompre adalah ujian
yang bener-bener ujian dan sidang yang bener-bener sidang sebagai bahan
pertimbangan mahasiswa tersebut layak atau tidak. Seperti jargon para senior
dikosan “kalau lo laki pasti kompre!” nada yang sedikit provokatif namun bener
banget.
Kita bebas memilih, tidak ada yang beda dari skripsi dan
kompre semuanya adalah tugas akhir dan syarat kelulusan. Tapi saya ingin
sharing pendapat kepada temen-temen seangkatan lewat tulisan ini. Pilihlah
dengan hati bukan dengan gengsi. Skripsi adalah karya yang harus dipertanggung
jawabkan. Lebih baik menulis cerpen dari pada menulis skripsi yang tebal dan
tidak berkualitas.
Semoga kita semua dapat bijak dalam memilih
sebuah pilihan. Termasuk memilih antara skripsi dan kompre.
salam,
- Muhamad Syahid
Abdurrahim –
3 Februari 2015