" Angin dan Senja "
gambar : tumblr
Senja adalah seorang introvert yang idealis dan
melankolis. Kesehariannya selalu tenang dan mengalir bahkan cenderung datar dan
membosankan. Senja menikmati hidup sebagai pembelajar waktu yang konsisten
dengan penuh pengharapan pada masa depannya yang baik. Hingga pada suatu waktu
gejolak hatinya mulai goyah dengan keadaan yang terlalu stagnan, hatinya
memberontak dan mulai mencari kedamaian lain. Hingga pada akhirnya angin disore
hari berhembus mendekap senja yang mulai kalut, dia seperti menemukan sebuah
kenyamanan yang terlihat abadi namun tak ada seorang pun yang mengerti tentang
angin yang akan terus berhembus atau hilang begitu saja. Senja mulai berubah
semanjak angin selalu menyelimuti hari-harinya bahkan angin malam yang
sebenarnya sangat menusuk ia paksa nikmati demi untuk memenuhi kebutuhan
bathinnya mencari teman yang senantiasa menemani waktu walaupun sejatinya senja
tak pernah bisa berdamai dengan angin malam.
Pandangan
dan konsistensi tentang hidupnya ternyata mulai melenceng dan cenderung
berbalik arah, dia tidak sadar, mungkin belum sadar dan ternyata menjadi
semakin keterlaluan. Seperti kehilangan arah karena disesatkan angin yang tak
menentu datang dari mana dan akan kemana. Senja yang jingga berubah menjadi
sedikit keabuan. Ketika Guntur dan hujan datang senja yang jingga menghilang.
Entah ia bersembunyi dibalik perenungan, ataupun berlari manjauh untuk
menyesali keputusan yang ia ambil.
Bicara
tentang penyesalan, apakah senja menyesal ?
Jawaban yang sangat tabu untuk dijawab dan dijelaskan
kepada angin yang terlanjur masuk dalam kehidupan senja. Senja kini selalu
disertai guntur dan kilat, hujan tak lagi bisa santai. Badai adalah jawaban
dari semua akibat dan semakin memperjelas tentang pertanyaan ‘mengapa menjadi
seperti ini’.
Suatu hari senja berjalan menyusuri padang rumput yang
hijau nan luas. Pandangannya jauh menatap kedepan, seperti tidak ada batas
ruang dalam hatinya bergumam ‘aku sebenarnya masih mampu untuk berjalan
sendiri’. Sesekali angin datang, dan selalu seperti itu. Sedikit tak
menghiraukan namun terasa, dan akan selalu terasa. Sepertinya senja mulai sadar
bahwa kebahagiaan dan ketenangan abadi tidak ia dapatkan dari angin yang sejatinya
berhembus sesaat dan sewaktu-waktu.
Bagaimana
kelanjutan dari kehidupan senja ? Akankah ia dapat bersinar kembali,
melanjutkan kehidupan sebagai seorang introvert yang tenang dan tidak terus
menerus bertemu tuntutan-tuntutan yang melemahkan keyakinan akan masa depannya.
Memberi arti kepada siapapun yang menikmati senja hari melihat cahayanya yang
jingga dan menyejukan hati siapapun yang menikmatinya. Senja yang sebenarnya
kini mulai dirindukan, akankah ia kembali dalam bentuk yang cerah dan utuh atau
kembali dalam bentuk mendung disertai angin yang selalu menyelimutinya. Selalu
ada harapan yang terus diharapkan tentang angin dan senja yang beriringan
memberi kedamaian pada waktu, kini atau nanti. Semoga.
“ Mari kita tanyakan pada hati
masing-masing, dengan pertimbangan perasaan dan kenyataan hidup” - Syahid
Abdurrahim
5 Oktober 2015