Pengaruh Dorsal dan Medial Pada Prilaku Manusia

Sabtu, Maret 28, 2015


" Brain "
gambar : dari google


Kemarin senin jadwal kuliah hanya setengah hari jadi saya pulang lebih siang dari biasanya dan merasa bosan dikosan jadi saya memutuskan untuk pulang kerumah saja, alasan klasiknya adalah karena saat ini sedang masuk fase tanggal tua atau akhir bulan yang menjadi bahaya apabila seorang anak kost masih berada di kosan dengan stok keuangan yang sangat memprihatinkan. Jadi pilihan untuk pulang kerumah adalah mau gak mau pada saat-saat seperti sekarang-sekarang ini.
Jam satu siang saya sampai rumah dan wah ternyata ada tamu. Saya sangat senang dan terkejut tamu tersebut adalah si ‘uwa’ (kakak dari ibu) dan sudah lumayan lama juga saya tidak bertemu beliau. Rasa lelah selama perjalanan pulang dari depok-bogor pun terasa sirna setelah berada dirumah.
Kebetulan pada saat itu ibu dan si uwa sedang makan siang, berhubung saya juga belum makan siang langsung saja tanpa ganti baju dan cuci muka nimbrung dan mengganggu ketenangan mereka makan siang pada saat itu. Semakin bersemangat ketika menu makanan mendadak nyunda. Ada ikan asin, lalapan, daun kemangi, bonteng, sayur asem, sambel dan jengkol.  Ethnic bin tumaninah sekali suasana pada saat itu.

Setelah selesai makan saya dan uwa bercakap-cakap hangat, sudah sangat lama sekali suasana seperti ini saya rindukan. Sebelumnya kita bercakap-cakap hanya bisa lewat email karena keterbatasan jarak. Cerita sedikit tentang si uwa, beliau bernama Dr. Alfa, adalah seorang dokter dan peneliti spesialis otak yang beberapa tahun belakangan ini sedang giat melakukan riset di Jerman. Sebelumnya beliau adalah mahasiswa Universitas Indonesia jurusan kedokteran kemudian mendapat beasiswa study ke jepang dan meneruskan studi di jerman. kadang saya iseng nanya “wa disana kerjanya ngapain ?” “ya belajar aja cari ilmu” sesimpel itu jawaban dari beliau. Beliau memang tipikal orang yang bisa dibilang bukan orang yang mempunyai visi hidup seperti kebanyakan orang. Mungkin bagi kebanyakan orang kerja diluar negeri sebagai seorang dokter adalah untuk mencari nafkah lain hal nya dengan beliau, beliau mempunyai tujuan untuk mendalami dan terus melakukan riset-riset dibidangnya yang nantinya akan bermanfaat bagi dunia kesehatan khususnya Neuro Science. Ya terkadang pemikiran orang Indonesia seperti saya ini bahwa bekerja untuk uang, uang untuk hidup dan hidup untuk bahagia (sesempit itu). Pedahal yang lebih bermanfaat dibanding uang adalah ilmu yang bermanfaat. Pemikiran seorang seperti saya terkadang masih terlalu baku dan terlalu realistis.

Perbincangan pada saat itu semakin menarik ketika membahas seputar otak manusia / Neuro Science. Beliau menerangkan betapa otak bagian depan manusia memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, tindakan serta sifat dan sikap manusia yang beragam dipengaruhi oleh sebagian dari otak bagian depan. Saya akan berbagi ilmu yang saya dapat dari beliau saat kemarin berbincang-bincang, Jadi ada dua sisi utama atau istilah dari otak bagian depan yaitu “Dorsal” dan “medial”
Seperti dalam anatomi tubuh manusia Dorsal memiliki arti ‘punggung’ dalam otak-pun dorsal memiliki arti dinding penyangga yang bermanfaat untuk ‘menopang’ dalam kaitan ini sisi dorsal pada otak bagian depan manusia mempunyai karakteristik “baku” segala sesuatu yang menyangkut dorsal adalah sebuah gambaran yang real, runtut, kaku dan sistematis. Lain halnya dengan Medial atau medialis adalah istilah anatomi untuk garis tengah tubuh atau struktur. Dalam otak bagian depan medial ini berfungsi sebagai motorik penggerak suatu tindakan manusia kearah yang lebih bersifat ‘Improvisasi’ dengan kata lain medial memiliki karakter yang tidak baku, fleksibel dan cenderung menyalahi aturan-aturan baku.

Menariknya ketika Dorsal dan Medial dikaitkan dengan segmentasi kehidupan sosial sehari-hari. Kita dapat mengambil contonya fenomena yang sedang nge-hits belakangan ini seperti “Perseturuan Ahok vs DPDR” saya tidak bermaksud membahas kasus tersebut tapi saya akan memberikan contoh penjelasan apa dan seperti apa karakter Dorsal dan Medial tersebut pada kasus ini.
Kita semua tahu kalau Gubernur DKI Jakarta ‘Ahok’ merupakan seseorang yang memiliki sifat dan sikap keras, mudah marah dan kurang bisa menjaga etika berbicaranya. Tapi dari sisi lain ahok merupakan pribadi yang ingin mengedepankan sisi profesionalisme kerja dan kejujuran. Sedangkan DPRD, ‘kebanyakan’ mereka itu orang-orang yang sopan, santun, pandai berbicara, bermuka manis TAPI (mohon maaf) sisi lain dari itu semua ‘kebanyakan’ mempunyai tujuan lain diantaranya seperti korupsi, kepentingan individu atau partai, lebih mementingkan urusan internal dibanding memikirkan rakyatnya, dll dan itu suatu skill yang kebanyakan anggota DPRD miliki. Kesimpulan dari perbedaan tersebut adalah ‘Tidak ada manusia yang sempurna’ entah itu Ahok maupun DPRD. Tapi apabila kita cermati disini terdapat suatu perbedaan karakter dorsal dan medial yang sangat bertentangan. Singkatnya, Dorsal dan medial ahok kearah yang positif dan DPRD sebaliknya. Perhatikan tabel berikut :

“ Tabel Perbandingan Dorsal dan Medial Ahok vs DPRD “


" Tabel perbandingan Dorsal dan Medial Ahok vs DPRD "

Dari tabel diatas terlihat jelas perbedaan dorsal dan medial itu seperti apa dan kearah mana suatu dorsal dan medial menjadi positif dan negatif.
untuk memudahkan arti dorsal dan medial, Dorsal = Keadaan yang baku/wajar/normal/semestinya. Medial = Improvisasi.

Itu salah satu contoh kasus saja, saya tidak bermaksud memojokan suatu instansi atau golongan hanya menjabarkan perbedaan Dorsal dan Medial pada kasus tersebut. Toh realitanya seperti itu bukan ?

Nah, dari situ saja kita dapat memahami bahwa manusia memiliki dorsal dan medial yang berbeda-beda. Contoh lainnya ‘Di Indonesia banyak pelanggar lalu lintas seperti sepeda motor yang menerobos trotoar’ artinya sipelanggar tersebut Medialnya terlalu tinggi sehingga dia melakukan improvisasi (walaupun tindakan tersebut tidak dibenarkan), Contoh lain seniman atau musisi kenapa kebanyakan bergaya urakan, semau gue, tapi jago improvisasi dalam bermusik ? karena medialnya tinggi, Contoh lain banyak orang yang terliahat dia sangat taat dalam beragama, sangat soleh tapi kepribadiannya terlalu nyeleneh seperti celana digulung sampai mata kaki, jidat yang hitam, berjanggut ala-ala teroris nah itu berarti Dorsalnya terlalu tinggi sehingga dia kaku dan tidak akan bisa fleksibel dalam kehidupan sosial.
Intinya orang yang dorsalnya terlalu tinggi dia akan seperti robot kurang peka dan tidak dapat bisa improvisasi pada kehidupan sosial, kurang bisa bermasyarakat dan cenderung radikal. Dan orang yang medialnya terlalu tinggi juga akan cenderung suka melanggar, terlalu ekspresif, jago improvisasi, kebebasan tanpa sekat dan akan sulit diatur.

Lingkungan, adalah yang paling berpengaruh pada pembentukan dorsal dan medial pada otak manusia. Lingkungan yang baik akan menuntun sisi dorsal dan medial pada takaran yang seimbang dan kearah jalur yang positif. Sebaliknya, lingkungan yang kurang baik, akan membentuk karakter yang akan berat pada sisi dostral maupun medial, tidak seimbang dan pasti hasilnya tidak akan baik.

Itulah sedikit ilmu tentang neuro science yang saya dapat dari dr. Alfa. pada perbincangan kemarin. Tidak terasa sudah sekitar 4 jam kami berbincang-bincang dan hari sudah semakin sore beliau berpamitan untuk pulang ke kediamannya di daerah Bogor. Keesokan harinya saya pun harus kembali berangkat ke kampus seperti biasa. Ingin rasanya berlama-lama mengobrol dan bertemu beliau. Semoga saja beliau untuk tahun ini akan lama di Indonesia jadi saya bisa curhat dengan leluasa tentang apapun :D

Semoga bermanfaat, salam.

- Muhamad Syahid Abdurrahim –


26 Maret 2015

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts