" Makrab r58 SB IPB "
gambar : dokumen pribadi
Alhamdulillah. Cukup satu kata itu yang
paling bisa saya ungkapkan saat ini. Bersyukur atas semua pencapaian dan
kemudahan, bersyukur atas semua kesulitan dan penolakan. Semua yang diterima
diri ini hanyalah bersumber dari-mu dan dari cinta-mu. Allah maha segalanya.
Besok, 26 Juni 2019 adalah hari yang saya
tunggu. Hari dimana saya bisa melihat senyum bahagia kedua orang tua karena
melihat anaknya di wisuda (lagi). Menjadi salah satu keluarga yang bahagia dari
sekian banyak keluarga lainnya.
Seperti mimpi
rasanya. Dulu ketika lulus SMA saya gak pernah terpikir untuk mengenyam
pandidikan hingga S2, yang saya pikirkan saat itu hanya “Jalani saja apa yang
ada” mau lanjut kuliah dimana, mengambil jurusan apa terserah. Yang terpenting
pada saat itu adalah “Saya harus kuliah yang jauh dari rumah” karena bosan 12
tahun belajar di Cigombong. Akhirnya saya kuliah di depok. Gak jauh-jauh amat
sih tapi ya lumayan dapet suasana baru dan semangat baru. Kuliah selama empat
setengah tahun lempeng-lempeng aja, gak ada prestasi, gak ada masalah, ipk aman
dan alhamdulillah lulus. Mungkin bagi sebagian orang menghabiskan masa kuliah
dengan cara seperti yang saya lakukan adalah membuang-buang waktu dan
kesempatan. Gak pernah ikut organisasi, gak pernah ada prestasi, Cuma kupu-kupu
(kuliah pulang kuliah pulang). Tapi itulah realitanya, saya orang yang legowo
bin pasrah, yang penting hari ini di syukuri dan di jalani, besok dan nanti gak
usah dipikir. Termasuk melanjutkan kuliah S2, saya gak pernah mentargetkan
harus dan kepengen banget. Cuma ceritanya, dulu pas lagi kosong kuliah di smester
5 kalo gak salah saya iseng ikut seminar yang diadakan SEF (Sharia Economic
Forum) Gunadarma. Saya kurang tau juga SEF ini unit kegiatan mahasiswa atau
komunitas yang pasti SEF bentukan dari anak-anak ekonomi manajemen. Saya masih
inget pada saat itu seminarnya membahas mengenai urgensi ekonomi islam untuk pembangunan
Indonesia. Iseng banget kan? anak teknik ikut seminar anak ekonomi. Ajaibnya selama
seminar saya antusias dan ngikutin banget pembahasannya, yang tadinya saya kira
bakal ngantuk dan gak ngerti tapi malah paham dan semangat, lebih semangat dibanding
ngikutin kuliah pemrograman dikelas. Cuma mungkin istilah-istilah ekonominya aja
yang rada bingung tapi pada saat itu saya sangat tertarik dan suka pembahasan
seputar ekonomi khususnya makro (ciye sekarang ngerti ekonomi makro coy dulu mah
denger makro yang kebayang sukro). Puas dengan seminar yang diikuti pada hari
itu sesampainya dikosan saya googling seputar ilmu-ilmu ekonomi, semakin suka
dan iseng aja ngetwit gini,
Bisa dilihat ‘tahun 2014’. Ajaib dan saya
percaya setiap perkataan itu didengar dan Allah itu maha mendengar. Di 2019 saya wisuda program magister manajemen.
Dari dulu saya gak penah mentargetkan
harus s2 manajemen, cuma iseng aja ikut seminar ekonomi karena pada hari itu
gak ada kuliah, suka pembahasannya terus ngetwit, besok-besoknya ya udah biasa
lagi gak mikirin gimana rencana s2, kampus mana, dan biayanya gimana. Karena jujur
aja saya paling gak mau memberatkan orang tua termasuk soal biaya kuliah, yang
saya lakukan cuma ‘ya Allah gimana aja jalannya saya ikhlas’ udah sampe situ
saya lupa dengan seputar ekonomi-ekonomian, balik lagi ngampus jadi anak teknik
lagi.
Cerita berlanjut ketika selesai sidang
s1. Saat dimana lagi bingung-bingungnya harus ngapain. Mau ngelamar kerja belum
ada ijazah atau SKL jadi ya hari-hari paling main atau silaturahmi bareng temen.
Pada suatu hari sahabat saya Kartina (yang mudah-mudahan sekarang sudah di surga
bersama para kekasih Allah) ngehubungin saya katanya “id temenin ke kampus Sekolah
Bisnis IPB yuk, sekalian mau jalan-jalan explore bogor” berhubung saya lagi gak
ada kegiatan “yaudah hayuk” sempet bingung gak tau Sekolah Bisnis IPB dimana
pas googling ‘lah ini mah yang setiap hari dilewatin’. Jujur awalnya saya gak
tau SB IPB dimana yang tadinya saya kira kantor pemerintahan ternyata kampus SB
IPB. Pada hari itu berangkatlah kita menuju SB IPB, kartina saya jemput di
stasiun Bogor. Niat awalnya saya Cuma ‘nganter’ si ina daftar tapi saya dipaksa
daftar sama dia biar ada temen daftarnya katanya haha. Yaudah saya daftar aja isi
formulir toh gak bayar ini. Setelah isi formulir kita main dan makan klo ga salah
di sekitaran taman kencana dan pulang. Tapi ternyata itulah terakhir kalinya
saya ketemu sahabat saya itu. Dia sakit dan kemudian meninggal.
Beberapa bulan kemudian saya dapet email
dari akademik SB IPB yang menginformasikan jadwal ujian tes masuk dan rincian
biaya pendaftaran yang harus dibayar. Disitu saya kaget karena gak pernah
ngerasa serius daftar. Karena belum ada kegiatan dan menunggu wisuda yaudah lah
dateng tes aja, gak yakin keterima juga lagian IPB kan kampusnya orang-orang
pinter, otak saya mana mampu (dalam hati pada saat itu). Setelah tes saya
pulang dan ditanya orang rumah “abis dari mana” “dari IPB tes s2” “wah bagus
klo mau lanjut s2, yang bener tes nya biar keterima” hmm tau gini tadi di
seriusin ngerjain soalnya. Ternyata keluarga mendukung penuh saya lanjut s2 malah
diminta untuk langsung lanjut setelah wisuda s1. Kurang lebih tiga bulan menunggu
hasil tes dan muncul email dari SB IPB “Selamat, Anda diterima di program
magister manajemen bisnis institut pertanian bogor” Alhamdulillah.
Agak
melongo juga, gak pernah mimpi masuk s2 IPB dan lulus dengan IPK hampir cumlaude.
Saya sampai sekarang takjub dengan jalan Allah yang selalu ngasih rezeki dari
arah yang gak pernah disangka-sangka. Saya merenung akhir-akhir ini, saat
kuliah manajemen ada pembahasan mengenai manajemen planning dimana kita harus
selalu melakukan planning atau perencanaan sebelum eksekusi tindakan. Ilmu
tersebut saya praktekan dalam kehidupan sehari-hari hasilnya alhamdulillah
efektif. Kegiatan harian saya jadi jauh lebih terencana dan terkontrol. Namun ada
saat dimana saya merasa gelisah kalau harus setiap masa yang akan datang di
planning secara detail. Memang efektif namun secara spiritual yang saya rasakan
gak nyaman. Jauh lebih nyaman dibanding konsep saya yang menjalani hari-hari
dengan mengalir tanpa harapan-harapan yang rinci dimasa depan. Cukup dengan
syukur dan focus menjalani apa yang ada sekarang dengan sebaik-baiknya. Janji Allah
itu pasti “barang siapa yang bertakwa dan mempercayakan hidupnya dengan
ketentuan Allah, pasti akan diberi kehidupan dan rezeki yang baik” terkadang
kita lupa menganggap semua rencana atau planning kita yang terbaik tapi sahabat percayalah itu semua hanyalah ilusi. Bisa jadi yang kita anggap baik tidak baik dimata
Allah, dan sebaliknya. Saya juga pernah mendengar kalau kita gak boleh panjang angan.
Dan planning tentang masa depan mungkin termasuk Panjang angan kali ya.. hehe
saya gak mau mengoreksi ilmu yang sudah saya serap. Yang pasti sahabat, kita
jangan meremehkan setiap perkataan, karena selalu ada yang mendengar. Jangan pernah
meremehkan setiap keinginan karena selalu ada yang tau keinginan kita. Namun satu
hal, kita tidak boleh diperbudak keinginan atau planning itu dan melupakan
peran Allah sebagai penggerak dan pengabul setiap keinginan. Cukup perbanyak
syukur dan takwa, insyaAllah bahagia.
Sekarang
saya udah lulus dan mau wisuda, kedepannya mau jadi apa? Kerja dimana? Bisnis apa?
Planningnya gimana? Jawabannya simple, “apapun yang akan saya dapatkan setelah
ini, saya ikhlas asalkan Allah ridho” Percayalah kedepannya sahabat akan
bahagia dan tenang dengan cintanya Allah.
Semoga pencapaian dan ilmu yang didapat
selama kuliah ini menghasilkan keberkahan dan mohon doanya untuk sahabat kita
almarhum kartina semoga diampuni segala kesalahan dan dimasukan kedalam surga.
Aamiin
25 Juni 2019