Fenomena UM

Sabtu, Januari 24, 2015


" Buat yang ngerti-ngerti aja "
gambar : Grup fb


“ Ma-ju-lah gu*nadaaarma.. Majulah putra indonesia..
Tuntut ilmu bersemangat baja.. tuk mengemban tugas mulia ”

Kalimat diatas adalah potongan lirik dari Mars Gu*ndar yang beberapa tahun lalu saya nyanyikan bersama ratusan teman-teman mahasiswa dari Fakultas Ilmu Komputer lainnya dengan nada yang keras dan agak sedikit fals namun penuh kebanggaan dipelataran parkiran kampus dalam suasana bulan ramadhan di bawah terik sinar matahari yang panas banget (PPSPPT 2011). Pada hari itu ketika kita (maba) masih berstatus apa atuh terselip tekad akan menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya agar dapat mengharumkan nama bangsa dan mengemban tugas mulia seperti yang tergambar jelas dalam lirik mars yang sangat epic itu. Setelah kurang lebih 10 jam acara PPSPPT pun usai dengan penuh suka cita dan haru kami pulang dengan menyandang status MAHASISWA..

Semester pertama tekad masih terjaga, semangat masih bergelora, dosen masih terlihat ramah, kelas kondusif dan ramai. namun kejanggalan mulai terlihat ketika masuk semester dua dimana saya dihadapkan pada suatu kenyataan pahit bahwa ipk saya bisa dibilang ga bagus-bagus amat (jelek). Seperti kata pepatah ‘karena nila setitik rusak susu sebelanga’ yang artinya seberat apapun bentuk masalah pasti ada solusinya. saya mencari solusi agar ipk bisa kembali ke titik normal dengan bertanya pada salah seorang senior yang merupakan teman satu kosan. Dia menyarankan saya untuk mengambil keputusan menempuh “UM”. Dengan rasa penasaran yang tinggi dengan gencar saya bertanya ini itu tentang UM ini kepadanya dan hasil dari perbincangan itu sangatlah mengejutkan dan cukup melegakan.

Keesokan harinya dengan stamina dan harapan yang tinggi saya langsung mengurus UM dikampus. Dengan bermodalkan uang 45rb (waktu tahun2012, sekarang harganya 75rb) saya dapat membeli sebuah voucher UM. Harga tersebut cukup berat bagi saya yang berstatus anak kosan yang serba kekurangan di akhir bulan. Kemudian saya langsung ketempat UM dengan berpakaian sesuai ketentuan yang berlaku dan tak lupa berbekal CIT. apa itu CIT ? rasanya tidak etis juga saya jelaskan disini biarlah kata misterius itu menjadi lumrah dalam kehidupan yang semakin edan ini.
Sekitar 90 menit saya mengerjakan soal di ruang UM dengan penuh rasa takjub melihat fenomena di dalamnya. Kemudian pulang ke kosan dan dengan rasa penasaran yang tinggi saya langsung menyalakan laptop untuk mengecek nilai dan apa yang terjadi.. Nilai salah satu mata kuliah yang saya UM kan tadi yang tadinya D berubah menjadi A ! Seketika saya syok dan terharu melihat apa yang terjadi, hanya dalam 90 menit dan CIT masalah ipk dan nilai teratasi.. dan pastinya one and only cuma ada di my kampus kebanggaan.

Setelah menemukan fenomena UM tersebut, saya menjadi khilaf seperti kebanyakan mahasiswa yang lain rasakan. Kuliah dianggap santai, masuk sok engga juga woles, kalau nilai jelek kan ada UM. NAHH !
Saya lupa akan hakikat mahasiswa adalah pencari ilmu, sekitar empat semester atau dua tahun saya menjadi mahasiswa yang yaelah woles lah ngapain kuliah. Dan itu membuat saya sedih di akhir-akhir semester seperti sekarang ini. Jujur saya sangat menyesal. Ternyata yang tadinya menjadi solusi malah menjadi masalah, nilai anjlok karena jarang ngampus. Dan sudah dipastikan UM. Menjadi dilema ketika UM kadang menjadi solusi kadang pula menjadi sumber masalah. Tapi terlalu menyesal juga tidak dibenarkan, yang pasti life is never ending learning process. Sekarang saya hanya menjalani kuliah + UM agar target lulus tepat waktu dan nilai diatas normal (berkat UM).

Kesimpulannya, di zaman yang serba dimudahkan ini hal yang semestinya sulit untuk dijalani dapat dengan mudah dijalani. Namun kemudahan tersebut haruslah di iringi dengan sikap mawas diri dan tidak lupa tujuan. Ex : Mahasiswa tujuan nya kuliah/belajar ! bukan UM.
Dan saya kira dunia semakin materialistis dan serba instan. Hanya dengan uang apapun bisa dirubah dengan gampang termasuk nilai dan ipk. Ex : Saya, mahasiswa pemalas dengan ipk membanggakan :D

Pada waktunya nanti ketika wisuda saya beserta ribuan wisudawan lain dengan lantang bernyanyi Mars lagi dengan penuh rasa kebanggaan pada lirik yang sangat ‘dalam’ maknanya. Sangat dalam :’)

Jangan terlalu serius menanggapi tulisan saya diatas,
tulisan diatas hanyalah obrolan ringan semata.

salam,
- Muhamad Syahid Abdurrahim -

25 Januari 2015

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts