Pentingnya Kesadaran Sebelum Berlogika dan Berdialektika

Senin, Januari 01, 2024

 

" Wajah "
gambar : dari google


Pikiran kalau tidak dibarengi dengan kesadaran sangat berbahaya. Hidup akan penuh derita dan merasa Lelah disepanjang perjalanannya. Pikiran Ketika telah diisi dengan informasi dan tidak dibarengi dengan kesadaran akan timbul nafsu, ego dan rentan disesatkan oleh informasi yang ada dipikirannya sendiri walaupun informasi itu positif sekalipun. Orang cenderung merasa bahwa pandangannya paling benar dan dengan mudah untuk menilai salah orang yang tidak sepaham dengannya. Ketika pikirannya di ‘iya’ kan oleh orang lain apa manfaatnya? Merasa menang? Merasa benar? Atau mungkin orang mengiyakan pandangannya hanya karena orang merasa segan terhadap pribadinya, bukan karena membenarkan pemikirannya.

Nyatanya banyak orang yang berprilaku seperti itu, memang dalam teori komunikasi ada istilah win-lose. Namun saya rasa gaya komunikasi tersebut jauh dari komunikasi yang bijak. Lebih baik berpura-pura tidak tahu dan mengalah untuk si ‘bodoh’ daripada harus mengeluarkan energi lebih untuk melawan dan berargumen. Islam mengajarkan sabar, dan saya rasa sabar hanya untuk orang-orang yang sudah ‘nyampe’. Orang bodoh akan jauh dari kata sabar termasuk menahan diri dari ‘ngotot’ nya mengemukakan argument, konyolnya lagi argument yang cacat logika dan sesat penafsiran.

Jalan lelaku diam dan hening bukan hanya sekedar reaksi menghindar. Namun termasuk juga perlawan. Melawan keangkuhan dengan kesopanan, melawan keserakahan dengan kesederhanaan, melawan kebencian dengan senyuman. Yang pasti kebaikan akan selalu selaras dengan kebenaran walaupun yang tampak mungkin kekalahan dan ketidakberdayaan. Sabar, tetap tenang dengan selalu memegang teguh pendirian dan etika kesopanan akan selalu menjadi kunci disetiap lelaku kehidupan kala dihadapkan dengan orang-orang tertinggal dan telat matang.


1 Januari 2024

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts