Tentang Teknologi, Media sosial dan Sosialita un-faedah
Minggu, Juli 08, 2018
Hidup dizaman yang katanya serba mudah dan serba instan
seperti sekarang memang butuh pemahaman lebih. Kemudahan untuk mencari dan
mendapatkan informasi membuat kualitas informasi tersebut keluar dari esensinya
sebagai sebuah kebenaran. Seorang informan kini layaknya seperti penjual obat
yang jago bicara namun tak mengerti apa yang dibicarakan, maka informasi itulah
yang kini mudah didapat namun merusak tatanan kualitas informasi itu sendiri.
Media sosial contohnya, masyarakat pengguna internet atau netizen kita
menyebutnya lebih mudah menyerap dan mempercayai informasi-informasi melalui
media sosial, tanpa memahami makna dan memperhatikan siapa dan untuk tujuan apa
seorang pembuat konten mempublis informasi. Malah ironis kini tingkat kredibilitas
pembuat konten dilihat hanya dari sisi popularitas. Selebgram dengan follower
terbanyak lebih didengar daripada seorang bijak yang tidak punya media sosial. Artis
cantik dengan moral minim lebih dihargai daripada orang berilmu yang rendah
hati. Tidak salah bila moral dan penilaian manusia zaman sekarang tingkatannya sudah
dititik yang serendah-rendahnya yaitu naluri lahiriah dan kebendaan saja. Yang nampak
baik sudah pasti baik, itulah gilanya.
Benar
bahwasanya kemajuan teknologi membuat peradaban maju. Namun tidak bagitu untuk
peradaban di Indonesia yang minim pengetahuan dan kualitas sumber daya yang
terbelakang. Kemajuan teknologi yang seharusnya menjadikan peradaban di Negara ini
maju malah membuat moral dan kualitas manusianya mundur semundur-mundurnya.
Moral ketimuran di Negara ini yang seharusnya jadi dasar karakter menguap
seiring kemajuan teknologi, tergantikan paham kebebasan tanpa batas dan
pengendalian. Kelucuan-kelucuan dampak dari ketidakmampuan Negara menanggulangi
kemajuan teknologi secara bijak terlihat sekarang, KOMINFO pernah memblokir
facebook, situs porno dan terakhir tik-tok yang notabene kesemuanya adalah
barang asing dari luar (external). Kegaduhan
yang memalukan dan mencirikan bahwa mayoritas kita adalah bangsa pemakai bukan
bangsa pembuat, kalaupun membuat, paling jago membuat gaduh dan pusing KOMINFO.
Melihat
rusaknya generasi saat ini sudah selayaknya bila membangun moral dan budaya
dijadikan perhatian utama dalam program pembangunan. Character building itu penting untuk dasar kualitas manusia atau
masyarakat suatu Negara. Majunya teknologi merupakan suatu ancaman bagi
hilangnya karakter dan budaya bangsa ini bila tidak diantisipasi sedini dan
seserius tulisan ini.
Semua bukan salah
JOKOWI
9 Juli 2018
0 komentar