Tujuh Kesukaran Hidup

Kamis, Mei 01, 2014


" Buku Perpus "
gambar : Kamera


Hari selasa kemarin saya mengunjungi perpustakaan di kampus. Niat kepengen nyari bahan referensi untuk PI dan aplikasi. Setelah ngubek-ngubek satu region untuk fakultas IT saya sama sekali gak nemuin buku yang saya cari pedahal buku tersebut cukup umum dan banyak sewaktu bulan lalu saya mengunjungi perpus. Pas saya tanya ke petugas dia bilang “bukunya dipinjem mahasiswa yang lagi PI” ooh saya kalah cepat berarti, haha. 
Setelah itu saya iseng cari-cari buku lain dan cukup heran ngeliat buku kuning dengan judul “Membudayakan Etos Kerja Islami” karya K.H. Toto Tasmara ada di region fakultas IT dideretan buku-buku pemrograman. Dengan penasaran dan sedikit membaca bagian belakang buku saya langsung meminjam buku tersebut untuk dibawa pulang.
Setelah pulang kuliah saya langsung ke kosan karena kepengen banget baca buku misterius itu. Dari segi bahasa buku ini sangat reflektif. Saya rasa bahasa yang dituliskan murni dari pemahaman beliau tentang sebuah konsep dan inilah buku yang sangat jarang saya temukan. Maklum, saya adalah tipikal orang yang kalau baca buku yang pertama menjadi acuan adalah gaya bahasa si penulis. Karena saya bisa turut memahami maksud si penulis dari gaya bahasanya sehingga dengan mudah saya dapat mengikuti maksud dari buku tersebut. Metode yang aneh memang :D

Kata Pengantar Penulis, bagi saya adalah hal yang wajib dibaca ketika akan membaca sebuah buku. Dari kata pengantar penulis juga saya memahami karakter gaya bahasa penulis. Cukup kagum dengan K.H. Toto Tasmara ini dalam kata pengantarnya beliau seperti membuka sebuah diskusi dengan sebuah karya sastra dalam bentuk puisi, sebuah konsep yang brilian dengan maksud membekali pembaca agar temotivasi dan terinspirasi. Mungkin banyak juga yang menggunakan metode ini dalam menulis sebuah buku, tapi kembali lagi bahasa yang disampaikan kadang gak sinkron sama feel saya sebagai pembaca. Lain halnya dengan buku yang satu ini, bahasanya sangat nyaman untuk dibaca.
Dibawah ini saya tulis ulang Puisi dari penulis, yang sangat inspiratif dengan judul “Tujuh Kesukaran Hidup” dikutip dari bagian kata pengantar buku “Membudayakan Etos Kerja Islami”. Selamat Membaca..

Nurani sang kekasih mulia, Muhammad al-musthafa, membisikan hasratnya mendekap jiwa dengan cintanya yang putih,
menggugah nafas pengembara agar membebaskan dirinya dari penjara kebodohan dan ketertindasan.
Dengan ingin tahu yang berkobar, kusimak mutiara cintanya agar aku berlindung kepada illahi dari keterpenjaraan dan ketertindasan itu.
Kamara murid sejati memasukan fatwa dalam denyut jantungnya tentang delapan kesukaran hidup berikut ini.

Tentang Rasa Bimbang
Berlindunglah kamu dari kebimbangan. Sikap jiwa tak menentu bagaikan asap yang dipermainkan angin, hanya berdesah halus, tetapi membuatmu menari-nari berlenggak lenggok, semakin tipis wujudmu, kemudian hilang tanpa diperhitungkan orang.
Kebimbangan telah memenjarakan jiwamu yang bebas. Kemerdekaanmu telah diinjak, dikoyak, dicabik, memaksamu terpuruk bagaikan budak yang menari menurut musik orang lain. Bagaikan tetesan air diatas daun keladi. Berbilang waktu, dia bergoyang tanpa memberi arti.
Kebimbangan menutupi mata bathin karena kegelapan yang pengap tanpa sedikitpun menghirup cahaya,  gemuruh kekuatan dirimu lindap karena kebodohanmu memandang dunia dengan jiwamu yang lemah.
Jika kebimbangan membelenggumu, tepis dan campakan, karena engkau bukan budak waktu yang tiada menentu. Ikat erat-erat tali keyakinanmu, gelorakan keberanianmu karena engkau adalah dirimu sendiri, mutiara berbinar yang terselubung sampah keraguan.

Tentang Dukacita
Berlindunglah kamu dari segala bentuk dukacita berkepanjangan. Meratapi dan menghabiskan waktu dalam ketermanguan tak berujung. Kesedihan adalah kain selimut yang menutupi keceriaanmu, membuatmu terlelap dalam khayal, dan menjebakmu dalam dialog batin yang menambah batinmu semakin nyeri. Bila dukacita memenjarakan dirimu, usirlah dia sambil memasuki pintu air mata yang ratapannya meneteskan duka melebihi kesedihanmu, hibur dan besarkan hatinya sehingga kesedihanmu hilang karena dukacita mereka yang kau pupuskan.
Bila selendangmu telah kau basahkan dengan air dukacita yang mengucur dari kelopak mata orang ditimpa lara, masukilah gelora debu dunia yang menantangmu dengan gelak dan tawa. Kesedihan bukanlah dosa, tetapi hikmah yang membuatmu menjulang.
Tetapi, akan menjadi dosa ketika engkau menebarkan benih-benihnya, memelihara dan membanggakannya. Bila engkau menanam sedih, hanya dukacita dan kesengsaraan yang akan kautuai. Bila kau tebarkan benih keceriaan penuh harap, niscaya kebahagiaan sedang menantikan jari-jemarimu untuk memetiknya.

Tentang Perasaan Terhina
Dirimu merasa terhina karena dagumu berat untuk tengadah, jiwamu kerdil, nyalimu kecil. Penilaian atas dirimu sendiri, itulah yang dihitung orang. Kau terhina karena engkau sendiri yang menghinakan dirimu. Engkau adalah butiran pasir berserakan dan berhamburan menjadi debu walau angin mengusapmu lembut. Bila engkau batu padas yang kukuh, sang angin lelah berbelok arah.
Maka, berlindunglah kepada ilahi karena jiwa terhina dan menghinakan adalah ulat-ulat beracun yang merontokan dedaunan.

Tentang Kemalasan
Tiada kemalasan kecuali bila kaumanjakan atau membanggakan kebodohanmu sendiri.
Berlindunglah kepada ilahi dari perangkap kemalasan yang menjadi kelabu orang resah gelisah yang menebarkan berbagai ranjau maut diantara rerumputan. Kemalasan adalah pisau yang kau tebarkan dan tumbuh menjadi pedang kelawang yang akan menebas tiang kemuliaan. Ketika engkau terlena dengan impian, merajut khayalan didekap rasa puas jiwa pecundang, ketahuilah berapa banyak orang yang meneteskan keringat dan air matanya untuk meraih puncak-puncak hidup yang cemerlang. ketika engkau menyembunyikan dirimu dibalik bantal dan selimut kemalasan, berapa banyak orang yang melemparkan segala rayuan kebodohan untuk menerima piala penghargaan.
Lantas, buah seperti apa yang kau harapkan dari benih kemalasan yang kau taburkan ?
Kecuali penyesalan, air mata, dan kesempatan gemilang yang terbuang!

Tentang Sikap Bakhil
Kebakhilan adalah pintu yang tekunci sehingga jiwamu semakin kuyu layu karena tak mampu menerima cahaya mentari. Kebakhilan adalah sikap kikir pelit yang membelit-belit urat kedermawanan dan menempatkan dirimu menjadi bintang yang bersembunyi dibalik awan gemawan, tidak menjadi panduan para kafilah, tidak mempesonakan jiwa para pujangga. Keberadaanmu di langit sia-sia dalam kesendirian.
berlindunglah kepada ilahi yang dermawan dari bujukan sang bakhil yang menyesatkan.
Kebakhilan adalah bentuk rendah diri dan keraguan menatap kebersamaan. Engkau akan terpelanting dari kumpulan saudaramu dan tidak memperoleh apa pun kecuali kesepian!

Tentang Jiwa Pengecut
Lihatlah tapak perjalanan orang yang telah berlalu dari pandanganmu. Tentang kisah hilangnya peradaban bangsa dan keindahan ukiran serta pematungnya. Bangunan istana menjulang tinggal reruntuhan dan kebesaran mereka lindap tinggal kenangan karena jiwa yang pengecut. Jiwa pengecut adalah jiwa para budak setia yang kakinya dibelenggu dengan rantai yang terbuat dari benang halus yang rapuh. Tetapi, jiwa pengecut membuatnya lemah, benang pengikat yang membelenggunya dianggap rantai baja yang kukuh.
Berlindunglah kepada ilahi yang membebaskan manusia dari penjara jiwa pengecut. Bila kau ragu dan takut, tengoklah kelepak burung mengejar mentari yang meninggalkan anaknya di sangkar dan menjelang kelam hari dia kembali menghibur anak-anaknya dengan serpihan biji-bijian.
Ketahuilah! Orang-orang pengecut menggelepar diperaduan karena takut mentari akan segera menampakan dirinya di remang fajar. Mereka lebih senang menjadi pembual yang menceritakan impiannya kepada bocah-bocah ingusan. Sedang diluar peraduannya, anak-anak dewasa pemberani telah tumbuh perkasa yang siap untuk menyeret para pengecut dari balik kelambunya.

Tentang Utang
Kesengsaraan yang paling nista adalah terbelitnya seseorang karena utang. Harga dirinya digerogoti, dan ketika dia tak mau membayarnya, dia terusir dari singgasananya dengan hanya membawa rasa pedih.
Kesukaran hidup karena belitan utang bagaikan menempuh jalan yang menyibak semak belukar yang penuh duri, melintasi hutan dengan lelah dan meninggalkan bekas luka yang perih.
Berlindunglah kepada ilahi dari utang betapapun jumlahnya sedikit. Karena, dia akan melilitmu bagaikan ular sanca yang menekan perlahan, tetapi mematikan. Belitan utang harta memeras seluruh waktumu yang berharga dan engkau tak mampu menikmati harumnya bunga-bunga. Jiwa orang yang terutang telah tergadai dan menjadi budak para majikannya. Harga diri orang yang berutang adalah debu-debu yang mudah berterbangan karena sepoi angin sekalipun.

Dan, sang Musthafa putra fajar yang abadi namanya memberi satu pusaka doa, seraya bersabda,
“Baca dan renungkanlah doa harapan agar kamu mau berlindung kepada-Nya dari delapan kesengsaraan yang menyiksa manusia!”

Nah, itulah..
Dari kata pengantar saja kita sudah dibekali motivasi semacam itu. Sudah dapat dipastikan kalau isi dari buku tersebut berbobot dan memang benar sekali.

Semoga kutipan puisi diatas menambah pemahaman kita menyangkut problema kehidupan yang pasti dan selalu ada dalam hidup ini, agar setidaknya kita mengantisipasi tindakan yang matang untuk menghadapi tujuh kesukaran hidup seperti yang tertulis diatas.

- Semoga Menginspirasi -
-- Salam --

2 Mei 2014

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts