Tentang Angin dan Senja

Selasa, Oktober 06, 2015


" Angin dan Senja "
gambar : tumblr


Senja adalah seorang introvert yang idealis dan melankolis. Kesehariannya selalu tenang dan mengalir bahkan cenderung datar dan membosankan. Senja menikmati hidup sebagai pembelajar waktu yang konsisten dengan penuh pengharapan pada masa depannya yang baik. Hingga pada suatu waktu gejolak hatinya mulai goyah dengan keadaan yang terlalu stagnan, hatinya memberontak dan mulai mencari kedamaian lain. Hingga pada akhirnya angin disore hari berhembus mendekap senja yang mulai kalut, dia seperti menemukan sebuah kenyamanan yang terlihat abadi namun tak ada seorang pun yang mengerti tentang angin yang akan terus berhembus atau hilang begitu saja. Senja mulai berubah semanjak angin selalu menyelimuti hari-harinya bahkan angin malam yang sebenarnya sangat menusuk ia paksa nikmati demi untuk memenuhi kebutuhan bathinnya mencari teman yang senantiasa menemani waktu walaupun sejatinya senja tak pernah bisa berdamai dengan angin malam.

                Pandangan dan konsistensi tentang hidupnya ternyata mulai melenceng dan cenderung berbalik arah, dia tidak sadar, mungkin belum sadar dan ternyata menjadi semakin keterlaluan. Seperti kehilangan arah karena disesatkan angin yang tak menentu datang dari mana dan akan kemana. Senja yang jingga berubah menjadi sedikit keabuan. Ketika Guntur dan hujan datang senja yang jingga menghilang. Entah ia bersembunyi dibalik perenungan, ataupun berlari manjauh untuk menyesali keputusan yang ia ambil.

                Bicara tentang penyesalan, apakah senja menyesal ?
Jawaban yang sangat tabu untuk dijawab dan dijelaskan kepada angin yang terlanjur masuk dalam kehidupan senja. Senja kini selalu disertai guntur dan kilat, hujan tak lagi bisa santai. Badai adalah jawaban dari semua akibat dan semakin memperjelas tentang pertanyaan ‘mengapa menjadi seperti ini’.
Suatu hari senja berjalan menyusuri padang rumput yang hijau nan luas. Pandangannya jauh menatap kedepan, seperti tidak ada batas ruang dalam hatinya bergumam ‘aku sebenarnya masih mampu untuk berjalan sendiri’. Sesekali angin datang, dan selalu seperti itu. Sedikit tak menghiraukan namun terasa, dan akan selalu terasa. Sepertinya senja mulai sadar bahwa kebahagiaan dan ketenangan abadi tidak ia dapatkan dari angin yang sejatinya berhembus sesaat dan sewaktu-waktu.

                Bagaimana kelanjutan dari kehidupan senja ? Akankah ia dapat bersinar kembali, melanjutkan kehidupan sebagai seorang introvert yang tenang dan tidak terus menerus bertemu tuntutan-tuntutan yang melemahkan keyakinan akan masa depannya. Memberi arti kepada siapapun yang menikmati senja hari melihat cahayanya yang jingga dan menyejukan hati siapapun yang menikmatinya. Senja yang sebenarnya kini mulai dirindukan, akankah ia kembali dalam bentuk yang cerah dan utuh atau kembali dalam bentuk mendung disertai angin yang selalu menyelimutinya. Selalu ada harapan yang terus diharapkan tentang angin dan senja yang beriringan memberi kedamaian pada waktu, kini atau nanti. Semoga.

“ Mari kita tanyakan pada hati masing-masing, dengan pertimbangan perasaan dan kenyataan hidup” - Syahid Abdurrahim


5 Oktober 2015

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts