Brad Pit ala Felix Siaw

Sabtu, Agustus 15, 2015


"No Comment"
gambar : kamera hp


" Terkadang sesuatu yang tidak direncanakan dan terkesan spontan selalu membuahkan hasil yang spontan pula. Spontan uhuy malah. "

Kemarin (jum’at siang) saya menghadiri acara otomotif tahunan di salah satu mall tersohor di kota bogor. Sebelumnya saya tidak ada rasa ketertarikan sama sekali dengan dunia otomotif apalagi yang berbau modifikasi. Karena memang saya kurang suka hal-hal yang sifatnya menghambur-hamburkan uang tapi karena banyak teman saya yang mengikuti kontes diacara tersebut ‘terpaksa’ saya datang dengan alih-alih silaturahmi. Setelah menunaikan ibadah shalat jum’at saya langsung bergegas menuju lokasi di mall botani square (sebenernya saya paling anti ke mall). Setibanya disana saya langsung memarkir kendaraan di besmen karena di parkiran lobby utama dipakai untuk acara tersebut.
Sudah menjadi kebiasaan saya dimanapun entah itu dikampus, dimanapun termasuk dimall tempat yang pertama dikunjungi adalah toilet. Entah sugesti darimana saya selalu ingin buang air kecil apabila tiba di sebuah tempat tujuan. Seperjalanan menuju toilet tidak sengaja saya melihat kios baru berbentuk barbershop yang kelihatannya memang boleh juga, iseng melihat harga di kaca depan memang ya terbilang cukup high untuk kalangan belangsak seperti saya. Di toilet saya agak sedikit risih melihat cermin karena melihat tatanan rambut yang mulai sedikit seperti remaja tanggung yang kehilangan arah dan tujuan hidup. Melihat poni yang menggelikan dan sesekali menusuk mata membuat saya ‘Fix’ untuk potong rambut pada saat itu juga dan tanpa pikir panjang saya bergegas menuju barbershop tadi yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari toilet. Didalam barbershop pada awalnya tidak ada keanehan yang berarti hanya saja mungkin suasananya sepi hanya saya pelanggan pada saat itu. Saya berusaha untuk tidak memperdulikan pertanyaan negatif selama prosesi cukur mencukur berlangsung. “Mau diapain mas?” tanya seorang bapak-bapak dengan tatapan penuh tanda tanya dan cenderung saya tidak bisa melihat mimik mukanya karena ditutupi masker dan lagi-lagi saya tidak memperdulikan prasangka negatif kepada orang yang menjadi eksekutor pada saat itu. Saya agak sulit menjelaskan konsep dan komposisi yang pas kepada bapak tersebut karena biasanya memang ‘iwan’ kang cukur langganan yang sudah mengerti semuanya. Otomatis saya berfikir cepat dan random untuk memutuskan model seperti apa yang di inginkan, terbersit segelimat ingatan akan film perang terkeren menurut saya yang berjudul “fury” film yang entah keberapa kali saya putar ulang karena memang film yang diperankan brad pit tersebut memang asli keren. Kemudian “pak saya mau gaya rambut kayak brad pitt ya” | “wah kalau gaya rambut kayag gitu rambutnya masih kurang panjang de” Dalam hati saya berasumsi kalau si bapak ini mengenal brad pitt dan membayangkan brad pitt di film the last samurai (mungkin). Karena saya tidak menginginkan adanya kekeliruan soal menentukan gaya rambut, langsung saya tanyakan “tau film fury ga pak ? saya pengen kayak don wardaddy yang diperanin brad pitt” tampak kebingungan terlihat dari matanya yang agak mengerung “yang gimana ya mas?” karena tidak mungkin juga saya nyalakan laptop dan membuka pemutar film untuk menunjukan film tersebut, sambil membayangkan wajah brad pitt “yauda gini pak pinggir-pinggirnya ditipisin dikit atasnya juga. saya ga mau ada poni didepan jidat ganggu banget” | “oke siaap” mendengar jawaban seperti itu saya sedikit puas dan rasa was-was perlahan mulai hilang. Dengan santai saya menikmati suasana barbershop tersebut namun tak lama rasa santai berubah menjadi kepanikan ketika sibapak tadi menyalakan kliper, saya jarang sekali dicukur menggunakan kliper (mesin pencukur) biasa menggunakan gunting ah tapi sudahlah mungkin agar lebih rapi menggunakan kliper. Tapi apakah ya terjadi ‘sreeet’.. “wah pak ini ketipisan nih!” | “yah gimana dong?“ dalam hati saya menangis (ya terlanjur lah emangnya rambut bisa disambung lagi) “yaudah deh pak lanjut aja rapihin” fix konsep brad pitt berubah menjadi rapihin. Rasa dongkol dan khawatir terus menghantui selama prosesi cukur-mencukur berlangsung. Rasa tidak enak tersebut memuncak ketika rambut bagian atas juga dilibas menggunakan kliper. Dalam hati bergumam (serah lu dah mau diapain rambut gw) sesekali saya memejamkan mata karena tidak ingin melihat wajah saya yang tampak seperti siswa abri menyedihkan. Sambil memejamkan mata saya sedikit bertanya dalam hati (gw kesini kan mau ketemu temen-temen di depan, mau liat-liat kontes, mau ngopi-ngopi bareng, ngobrol-ngobrol bareng. Kenapa gw nyasar ke barbershop?) Jujur mood saya kurang enak setelah menerima kegagalan cukur. Mungkin salah saya juga kurang jelas memberikan instruksi kepada yang mencukur. “pak sekalian dicuci aja ya” berharap sedikit relaks setelah dicuci. Selesailah prosesi yang menurut saya melelahkan dan menyakitkan tersebut. Saya langsung  bergegas ke tempat tujuan utama lobby mall. Ternyata dilokasi sedang ada pertunjukan sexy dancer. Dengan penuh rasa minder dengan gaya rambut yang begini saya beranikan diri mendekat ke kerumunan karena saya yakin gerombolan mereka teman-teman saya sedang asik menyaksikan sexy dancer. Sejurus kemudian terdengar teriakan memanggil “FELIX SIAW! FELIX SIAW!!” Dan yap mereka, dengan tertawa disertai rasa heran mereka memanggil saya dengan sebutan “USTADZ FELIX SIAW”

Sambil menikmati suasana sore itu kami berbincang-bincang dan bercerita banyak hal termasuk kesialan saya pada hari itu, dengan rasa senang atas jamuan dan keseruan di acara tersebut saya memutuskan untuk pulang jam 6 sore mengingat jalanan sukabumi-bogor sedang ada perbaikan dan pasti macet.

Jujur saya masih kurang pede kalau ketemu orang karena gaya rambut agak botak ala felix siaw ini, mudah-mudahan sudah kembali normal setelah tanggal 28. Amiin 

16 Agustus 2015

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts