Latihan Penyaksian

Selasa, Februari 28, 2023

 Pernahkah mendengar kata-kata motivasi “janganlah hanya menjadi penonton, jadilah pemain”, bagi saya kata-kata tersebut menjadi luas maksudnya bahkan bias dari tujuan awalnya. Sang motivator berharap objek dapat punya motivasi untuk menentukan sikap atau bergerak namun tunggu dan perhatikan lagi, bukankah berdiam diri dan mengamati bentuk dari ‘bergerak’ bahkan lebih aktif. Diam menurut pandangan sufistik merupakan langkah awal dalam berjalan yang artinya ketika kita akan menuju, kita dituntut untuk dapat diam dan mulai menyelami keheningan, dan ketika kita mulai dapat melebur pada keheningan, perjalanan pun dimulai.

Namun pada ranah fisik diam dianggap pasif, karena memang fisik menuntut gerak untuk menjadi aktif. Sehingga kesimpulan aktif tidak bisa dilihat dari gerak. Diam bukan berarti pasif dan gerak tidak pasti aktif. Lalu bagaimana dengan orang-orang introvert dan ekstrovert, terkadang sulit memberikan cap pada introvert dan ekstrovert terhadap seseorang dilihat dari sekilas saja. Orang ekstrovert ketika dia sedang dalam perenungan akan menjadi diam dan jika orang melihat akan menilai kalau dirinya introvert. Maka jangan anggap orang pendiam itu introvert, bahkan banyak yang menganggap orang pendiam kurang punya kapabilitas dalam hidup social. Mungkin ada benarnya karena dampak dari diamnya itu kurang bisa menghasilkan dalam dunia fisik, namun jika hati dapat mengeluarkan suara dia lebih berisik dari yang terdengar dan lebih bergerak dari yang aktif.

Lebih dalam lagi ketika jiwa perlahan mulai bisa berdamai dan melepaskan diri dari kemelekatan, jiwa dapat dengan mudah melihat bahwa raga dan jiwa tidaklah satu. Jiwa lebih bebas, lebih besar dan lebih luas dibanding raga yang berbentuk. Penyaksian jiwa terhadap raga itu dapat ditempuh melalui berbagai langkah runtut, secara umum banyak menyebutnya ‘kesadaran’ dalam islam dan dunia sufistik langkah-langkah runtut dapat ditempuh dari perjalanan spiritual ‘suluk’ yang mana didalamnya akan menjumpai stasiun-stasiun yang semakin tinggi semakin terasa buah kesadarannya hingga puncaknya kita akan mengenal apa itu keabadian, cinta dan kehidupan secara universal.

Mulailah melihat dunia dari kacamata kefanaan. Mulai atur nafas, dan tindakan kita selaras dengan alam. Mulailah melihat raga melalui jiwa yang bersih, melihat secara menyeluruh dari segala sisi. Jangan terpaku pada asumsi-asumsi dan mulai bebaskan diri dengan meditasi lebih dalam lagi. Berulang, berulang hingga akhirnya mendapati.

 

01 Maret 2023

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts